Namaku Rudi. Sudah delapan tahun aku berdiri di sini di bawah atap SPBU Pertamina, di antara deru mesin kendaraan dan aroma khas bahan bakar. Pekerjaanku sederhana, katanya. Mengisi tangki, menyapa pelanggan, memberi senyum. Tapi di balik kesederhanaan itu, aku percaya ada sesuatu yang lebih besar yaitu menyalakan semangat Merah Putih Indonesia Maju.

Setiap hari aku bekerja 24 jam bergiliran bersama rekan-rekan. Tak peduli siang atau malam, hari biasa atau hari libur nasional, kami tetap ada di sini. Saat orang lain merayakan Idul Fitri dengan keluarga, aku berdiri di bawah sinar matahari yang menyengat, melayani mobil-mobil yang berjejer panjang. Saat tahun baru, saat orang lain menyalakan kembang api, aku menyalakan pompa bahan bakar menyalurkan kepada para pelanggan secara bergiliran.
Aku bekerja di luar ruangan, menghadapi panas yang membuat kulit perih dan hujan deras yang kadang membasahi seragam. Pernah suatu malam, hujan turun tanpa henti. Angin kencang membuat tubuh menggigil. Tapi kulihat seorang pengemudi ojek online menepi, basah kuyup, hanya untuk mengisi bensin. Aku berpikir, “Kalau aku menyerah, perjalanannya terhenti. Kalau perjalanannya terhenti, mungkin pesanannya tak sampai. Dan kalau banyak yang terhenti, ekonomi pun ikut melambat.” Di situlah aku sadar, pekerjaanku bukan sekadar pekerjaan.
Semangat kemerdekaan bagiku bukan hanya mengibarkan bendera setiap 17 Agustus. Semangat itu ada ketika aku memilih bertahan di sini, menjaga energi Indonesia agar tetap mengalir. Aku merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar, sesuatu yang tak terlihat yang menghubungkan setiap perjalanan, setiap usaha, setiap mimpi.
Ada kalanya lelah terasa sangat berat. Jam kerja yang tidak menentu membuat waktu bersama keluarga sering terpotong. Anak-anakku sudah terbiasa melihat ayahnya pulang larut atau pergi saat orang lain masih tidur. Tapi ketika mereka bertanya, “Ayah kerja buat siapa?” aku menjawab, “Untuk kita. Untuk semua orang. Untuk Indonesia.”
Apresiasi terbesar kadang datang dari hal-hal kecil. Seorang pelanggan pernah menatapku dan berkata, “Terima kasih sudah bekerja malam-malam begini.” Kata-kata itu seperti bensin untuk hatiku dan memberi tenaga baru untuk terus melayani.
Aku tahu, tanpa kami para petugas SPBU, roda perjalanan negeri ini akan tersendat. Truk pengangkut bahan pokok, bus antarkota, ambulans yang membawa nyawa semuanya membutuhkan kami. Kami adalah penjaga api yang memastikan Energi Merah Putih Indonesia Maju tetap menyala, kapan pun, di mana pun.
Jadi, jika suatu hari kamu datang mengisi bahan bakar, ingatlah bahwa di balik pompa itu ada cerita pengorbanan. Ada orang-orang yang berdiri di garis depan pelayanan energi, menghadapi panas, hujan, dan malam panjang. Kami mungkin tidak memegang senjata seperti para pahlawan kemerdekaan dulu, tapi kami menjaga nyala yang sama, nyala untuk Indonesia.