Pergeseran tren wisata akan terjadi karena pengaruh pandemi covid-19, wisatawan akan memilih daerah tujuan wisata yang menerapkan Protokol Kesehatan dengan baik dimana Destinasi Wisata/ Hotel/ Transportasi/ Bandara (Travel Journey) tersebut menerapkan Protokol CHSE, Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) yang ditetapkan pemerintah. Mulai dari penyediaan hand sanitizer, tempat cuci tangan, mewajibkan pengunaan masker, dan bagaimana pengaturan untuk menjaga jarak sampai program vaksinasi para pekerja di Travel Journey tersebut.
Menurut saya ada beberapa pergeseran tren wisata pada saat pandemi ini dan kemungkinan besar akan terus berlanjut setelah pandemi ini usai, saya membagi tren wisata ini ke dalam 4 bagian,:
- Virtual Tourism: Pelaku wisata akan memilih bagaimana mereka bisa memanfaatkan teknologi untuk menyajikan destinasi secara virtual dengan kombinasi visual, suara dan narasi. Virtual Tourism ini akan menjadi pilihan para wisatawan karena biayanya yang relatif tidak mahal dan mudah untuk di akses.
- Staycation: Menurut Cambridge Dictionary Staycation artinya “a holiday that you take at home or near your home rather than travelling to another place”, sebagai contoh, jalan-jalan keliling kota, piknik di taman, mengunjungi museum, rekreasi di taman bermain, pergi ke pantai atau bukit di sekitar kota sampai menginap di hotel, intinya berwisata tapi tidak keluar kota. Kenapa Staycation ini akan menjadi tren? Karena saat pandemi wisata keluar kota relatif mahal membutuhkan biaya tambahan untuk swab/pcr serta kekhawatiran akan kesehatan menjadi alasan utama. Staycation di prediksi akan terus berlanjut dan berkembang pasca pandemi, selain karena memang pandemi nya belum usai juga kebiasaaan wisata ini telah tercipta.
- Road Trips: Berkendara ke destinasi terdekat bersama keluarga dan teman-teman dalam kelompok yang terbatas juga akan menjadi pilihan para wisatawan.
- Nature Tourism: Menjelajahi Desa, Mendaki Gunung, Menyusuri Sungai, Bermain di Pantai dsb dengan kelompok terbatas akan menjadi pilihan wisatawan saat pandemi dan wisatawan akan memilih destinasi yang relatif sepi untuk menghindari keramaian.

Sejalan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu program Desa Wisata Maju Mandiri pada 244 desa wisata unggulan di Indonesia, terutama pada 5 destinasi super prioritas. Desa Wisata dipercaya sebagai penggerak ekonomi masyarakat, UMKM, menciptakan lapangan pekerjaan, pelestarian lingkungan, dan budaya
Mengutip survey daring yang dilakukan Desma Center tentang Desa Wisata, 93% Wisatawan Sangat Tertarik Melakukan Kunjungan ke Desa Wisata tapi 82% responden tidak memahami secara spesifik apa itu Desa Wisata. Beberapa diantara mereka menyimpulkan desa wisata adalah sebuah desa yang didalamnya terdapat obyek
wisata dengan ketersediaan fasilitas dan penginapan tanpa perlu adanya kegiatan/aktivitas desa. Responden lainnya menyebutkan desa wisata adalah tempat yang dikelola oleh pemerintah sebagai obyek wisata. Desa wisata adalah kawasan yang memiliki daya tarik wisata, di mana kegiatan/aktivitas wisata yang dilakukan dapat memberikan pengalaman bagi wisatawan yang mengunjungi desa tersebut. Pariwisata perdesaan, dikelola oleh lembaga setempat bekerja sama dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat. Salah satu output/keluaran dari pengelolaan ini adalah wisata desa yang ditawarkan oleh pengelola.

Perbedaan Wisata Saat ini dan Sebelum Pandemi
Selain perbedaan dari sisi penerapan protokol kesehatan ada beberapa perbedaan pada wisata saat ini dengan sebelum pandemi yaitu:
- Wisata dilakukan secara terbatas dan dilakukan dalam kelompok kecil.
- Wisatawan akan memilih destinasi yang tidak popular atau jauh dari pemukiman karena biasanya kalau destinasi yang popular dan dekat dengan pusat kota relatif lebih ramai.
- Wisata Domestik akan lebih diminati, karena pertimbangan ekonomi dan juga promosi dari pemerintah mengenai liburan dalam negeri.
- Digitalisasi, akan sangat jarang bisa di temui brosur tp lebih ke scan barcode atau digital flyer baik untuk menu di restoran ataupun informasi-informasi umum termasuk flyer informasi wisata.
Strategi komunikasi apa yang perlu dilakukan terkait pergeseran tren wisata ini
Memposisikan sebagai pelaku wisata, strategi komunikasinya adalah terus menyampaikan kepada publik terkait penerapan protokol kesehatan, bagaimana protokol kesehatan diterapkan di destinasi mulai dari tamu datang sampai tamu pulang, termasuk penerapan prokes di kendaraan penjemput, pintu masuk, di kamar, di restoran, spa, pantai dsb. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana paket staycation ini di bundling dan di sampaikan melaui saluran komunikasi misalnya paket Work from Hotel, Yoga & Breakfast, Holiday Vaganza, Silent Day Package dsb.